BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pembangunan irigasi di Provinsi
Nusa Tenggara
Timur (NTT) dalam rangka meningkatkan swasembada
pangan (beras) sampai saat ini berkembang sangat pesat. Hal ini dapat dilihat pada beberapa pembangunan daerah
irigasi seperti bendungan, waduk dan lain-lain dengan memanfaatkan potensi
sumberdaya air yang tersedia baik air sungai, air tanah maupun air hujan.
Reformasi pengelolaan sumber
daya air dan irigasi saat ini tengah bergulir,
dengan
Ditetapkannya Undang-Undang No 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dan Peraturan Pemerintantah No
20 Tahun 2006 tentang irigasi maka kegiatan pengelolaan
sistim irigasi di Indonesia saat ini mengalami penyesuaian, antara lain
diarahkan untuk memperkuat lembaga pengelolaan irigasi yang perlu ditingkatkan
kemampuannya adalah lembaga Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A/GP3A/IP3A dan
secara khususnya Provinsi Nusa Tenggara Timur telah digalahkan satu perda yakni
perda Nomor 12 Tahun 2009 tentang irgasi, bahwa
irigasi merupakan salah satu faktor penting dalam menunjang
produktivitas lahan pertanian.
Pengelolaan irigasi
diselenggarakan dengan mengutamakan suatu kepentingan masyarakat tani dan
dengan menempatkan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) sebagai pengambil
keputusan sebagai subjek dalam pengelolaan irigasi yang menjadi tanggung
jawabnya. Karena itu perlu dilakukan pemberdayaan P3A secara
berkesenambungan dan untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan irigasi yang
efisien dan efektif serta dapat memberikan dampak yang positif kepada
masyarakat tani, pengelolaan irigasi dilaksanakan dengan mengoptimalkan
pemanfaatan air secara terpadu.
Salah satu upaya
yang sangat tepat untuk digunakan dalam rangka program dan pengembangan lembaga
P3A/GP3A/IP3A adalah dengan menyusun (PSETK) suatu daerah irigasi sehingga
lembaga pengelolaan irigasi dapat melakukan proses perencanaan program
pemberdayaan lembaga P3A/GP3A/IP3A. (PSETK) diharapkan dapat menjadi dasar
perencanaan, pelaksanaan dan monitoring evaluasi pengembangan sistim irigasi
yang lebih efektif dan efisien.
Menurut Hartono
(2006) Profil Sosial Ekonomi Teknis dan Kelembagaan (PSETK) dalam kaitannya
pengelolaan irigasi adalah Gambaran keadaan Sosial Ekonomi Teknis dan
Kelembagaan suatu sistim irigasi yang dibutuhkan oleh lembaga pengelola irigasi
dan dikumpulkan secara partisipatif pada waktu tertentu untuk mengkaitkan
pengelolaan irigasi.
Daerah Irigasi Mata
Iyang ditinjau dari fungsionalnya sangat strategis dalam menjangkau masyarakat
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) yang terletak di Kelurahan Lewa Paku
Kecamatan Lewa Kabupaten Sumba Timur, dimana sebagian besar penduduknya bermata
pencaharian bertani dengan memanfaatkan air irgasi Mata Iyang sebagai penunjang
dalam peningkatan produktifitas pangan. Selain itu juga masyarakat di Daerah Irigasi Mata
Iyang memanfaatkan air irigasi untuk keperluan rumah tangga, menyiram tanaman
holtikultura dan lain- lain.
Suatu kondisi rill yang
sulit kita pungkiri saat ini adalah
pertumbuhan jumlah penduduk Mata Iyang mengalami suatu peningkatan yang sangat
besar sehingga hal ini juga sangat berpengaruh terhadap pembangunan perekonomian. Kebutuhan
hidup masyarakat tergantung pada penghasilan yang diperoleh dari daerah irigasi
Mata Iyang, masih sangat banyak masyarakat Kelurahan Lewa Paku yang
berpendidikan rendah, dimana sebagian besarnya tidak tamat Sekolah Dasar (SD)
hal ini menjadi salah satu kendala dalam mengisi pembangunan dan peningkatan
kesejahteraan serta meningkatnya jumlah pengangguran.
Kesadaran
masyarakat petani Mata Iyang dalam melaksanakan gotong royong masih rendah, akan tetapi ketika kegiatan dilaksanakan
secara partisipatif bersama warga disekitar daerah irigasi maka akan
berimplikasi pada kemajuan swasembada pangan yang baik, karena petani disekitar
Mata Iyang masih memegang nilai - nilai luhur sehingga dapat mendorong semangat
petani untuk berdaya dalam pembangunan partisipatif pada pengelolaan irigasi didaerah
Mata Iyang. Namun
sampai dengan saat ini belum adanya informasi yang akurat dan aktual tentang kondisi atau
keadaan sebuah daerah irigasi dari aspek masyarakat itu sendiri, hal ini juga
terjadi di Daerah Irigasi Mata Iyang Kelurahan Lewa Paku Kecamatan Lewa
Kabupaten Sumba Timur.
Informasi yang dimaksudkan disini yakni
informasi yang berkaitan
dengan pengelolaan irigasi antara lain mengenai gambaran keadaan sosial,
ekonomi, teknis dan kelembagaan. Untuk itu perlu adanya sebuah penelitian
ilmiah yang berjudul “Profil Sosial, Ekonomi,
Teknis dan Kelembagaan pada daerah irigasi Mata Iyang Kelurahan Lewa Paku, Kecamatan Lewa, Kabupaten Sumba Timur”
1.2
Perumusan Masalah
Bertolak dari latar
belakang di atas yang
menjadi permasalahan dalam penelitian ini yakni belum adanya informasi
ilmiah mengenai gambaran keadaan sosial, ekonomi, teknis dan kelembagaan
masyarakat tani,
oleh karena itu dapat dirumuskan sebagai berikut. Bagaimana profil sosial ekonomi teknis
dan kelembagaan masyarakat tani pada Daerah Irigasi Mata Iyang Kelurahan Lewa
Paku Kecamatan Lewa Kabupaten Sumba Timur ?
1.3
Batasan Masalah Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Daerah
Irigasi Mata Iyang Kelurahan Lewa Paku, Kecamatan Lewa, Kabupaten Sumba Timur,
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)
1.4
Tujuan
Adapun tujuan yang ingin di capai
dari penelitian ini adalah untuk menyusun Profil Sosial,
Ekonomi, Teknis dan Kelembagaan (PSETK) di Daerah
Irigasi Mata Iyang.
1.5
Kegunaan
Adapun kegunaan dari penelitian ini
adalah sebagai informasi ilmiah bagi pihak-pihak terkait dalam
melakukan pengelolaan jaringan Daerah Irigasi Mata Iyang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Sistim Irigasi
Berdasarkan PP No 20 Tahun 2006 tentang irigasi
menjelaskan bahwa sistim irigasi
meliputi prasarana irigasi, air irigasi,
manejemen irigasi, kelembagaan pengelolaan irigasi dan sumberdaya manusia.
Sedangkan daerah irigasi adalah kesatuan lahan yang mendapat air dari satu
jaringan irigasi.
Sudjarwaji
(1987)
mendefenisikan, irigasi sebagai sain atau ilmu yang mengkaji segala aktivitas atau
kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan usaha untuk mendapat air untuk sawah,
ladang, perkebunan dan uasaha lain untuk pertanian. Usaha tersebut menyangkut
pembuatan dan pembuangan dan prasarana untuk air, membagi air dan membuang air.
2.2
Profil Sosial
2.2.1
Pengertian Sosial
Sosial masyarakat dapat diartikan
segala yang berhubungan dengan adanya interaksi antara orang-orang yang menjalankan perannya yang erat hubungan
dengan produk tanaman dan hewan (Pasandaran,
1991).
Masyarakat yang dimaksud disini
masyarakat petani sebagaimana yang dijelaskan dalam PP No 20 Tahun 2006 bahwa
masyarakat petani adalah kelompok masyarakat yang bergerak dalam bidang
pertanian, baik yang sudah tergabung dalam organisasi perkumpulan petani
pemakai air maupun petani lain yang belum tergabung.
2.2.2 Indikator Profil Sosial.
a.
Gotong royong atau tingkat swadaya masyarakat
Gotong royong dapat
diartikan sebagai kegiatan bersama untuk mencapai tujuan atau sebagai dasar
yang menopang dinamika semua kegiatan mengurangi campur tangan dari luar dan
menghindarkan ketergantungan pasar ekonomi yang lebih luas dalam menyelesaikan
pekerjaan, misalnya dalam memperbaiki jaringan irigasi, membuka lahan
(Pasandaran Effendi, 1988).
b.
Tingkat Pendidikan Petani.
Menurut Wriadmadja (dalam
Kristianto,
2000) pendidikan adalah usaha mengubah perilaku manusia
secara teratur sejak lahir sampai mati. Perubahan yang diharapkan adalah ilmu
pengetahuan, keterampilan dan sikap manusia itu sendiri. Semakin tinggi
pendidikan (formal maupun non formal) diharapkan pada pola pikir petani dalam
hal ini semakin rasional. Tingkat pendidikan
yang diperoleh masyarakat sangat bervariasi baik yang tidak pernah
sekolah, maupun yang pernah sekolah seperti SD, SLTP, SLTA, maupun perguruan
tinggi.
c.
Status Petani.
Status yang dimiliki
petani sangat mempengaruhi pelaksanaan usaha tani. Status petani ditentukan
oleh kedudukannya dalam masyarakat, ataupun hubungan dengan tanah yang
digarapinya.
Dalam usaha tani
dikenal sebagai petani milik dimana merupakan golongan petani yang memiliki
tanah dan juga secara langsung mengusahakan dan menggarapnya, petani penyewa
yakni golongan petani yang mengusahakan tanah milik orang lain dengan cara
menyewa. Penyakap merupakan golongan petani yang mengusahakan tanah milik orang
lain dengan sistim bagi hasil (Soeharjo
dan Patong, 1986).
2.3
Profil Ekonomi
2.3.1
Pengertian Ekonomi
Kamisa (2001) dalam
bukunya kamus lengkap Bahasa Indonesia memberikan
arti ekonomi adalah segala yang bersangkutan penghasilan, pembagian dan
pemakaian barang-barang dan kekayaan.
2.3.2
Indikator Profil Ekonomi
Indikator Profil ekonomi berdasarkan panduan (PSETK) Pengembangan dan Pengelolaan
Sistim Irigasi Partisipatif (PPSIP) Terbitan Depertemen Dalam Negeri Direktorat
Jendral Bina Pembangunan Daerah adalah sebagai berikut :
1.
Luas dan jenis usaha tani
Usaha tani adalah tenaga kerja dan modal, yang di
tunjukkan kepada produksi di lapangan pertanian ketatalaksanaan organisasi itu
sendiri
diusahakan oleh seorang atau sekumpulan orang-orang.
berdasarkan dalam suatu uasaha tani (Bactiar,
dalam
Daniel, 2004 ) jumlah cabang usaha tani yang di usahakan dapat di
bedakan sebagai berikut :
a.
Usaha tani khusus
Usaha tani khusus disini dapat di artikan apabila usaha
tani hanya mempunyai satu cabang usaha.
b.
Usaha tani tidak khusus
Petani juga tidak hanya mengusahakan bermacam-macam
cabang usaha tani seperti di samping mengusahakan tanaman juga mengusahakan
ternak.
c.
Usaha tani campuran
Suatu bentuk
usaha tani yang di usahakan secara bercampur antara tanaman dengan tanaman,
antara tanaman dengan ternak, dengan ikan dan lain
sebagainya.
2.
Tingkat pendapatan tani
Pendapatan usaha
tani dapat diartikan sebagai selisih antara nilai penerimaan usaha dengan biaya-biaya yang di keluarkan. Dapat di katakan bahwa
pengeluaran usaha tani ini penting karena ukuran tersebut dapat di gunakan untuk sejumlah keberhasilan usaha tani dalam mengelola usaha taninya
(Tjakrawilaksana, 1993).
3.
Tingkat pendapatan rumah tangga petani
Pendapatan
keluarga petani sangat penting dalam usaha tani, dengan menginfestasikan sebagian
dari pendapatannya dalam usaha tani tersebut. Menurut Riwu (dalam Kristianto, 2000) bahwa adanya tabungan atau simpanan yang dapat di
infestasikan kedalam usaha tani.
4.
Potensi sumber daya lokal
Sumber daya lokal adalah sumber daya yang sangat berpengaruh
dalam aspek pembangunan pertanian baik masa sekarang maupun masa yang akan
datang. Termasuk sumber daya lokal disini antara lain adalah sebagai berikut :
a.
Sumber daya alam
Sumber daya alam merupakan sumber daya yang terdapat pada
alam yang bukan merupakan hasil rekayasa manusia atau sumber daya yang tersedia
dengan sendirinya.
b.
Tenaga kerja
Tenaga kerja adalah salah satu potensi sumber daya lokal
yang sangat penting dalam kegiatan usaha tani.
Menurut Prayitno (dalam Kristianto, 2000) bahwa tenaga kerja terdiri atas dua unsur yakni jumlah
dan kualitas. Jumlah yang di perlukan dapat dipenuhi dari tenaga kerja keluarga
dan luar keluarga. Sedangkan produktifitas tergantung dari ketrampilan, kondisi
fisik, dan pengalaman.
c.
Modal atau kapital
Dalam arti keseharian modal dapat di artikan sebagai
harta kekayaan yaitu semua harta berupa uang tanah, rumah, yang dimiliki oleh
petani.
2.4
Profil Teknis
2.4.1
Pengertian
Pengertian irigasi sebagaimana
tertuang dalam Peraturan Pemerintah RI No 20 Tahun 2006 tentang irigasi
menjelaskan bahwa irigasi usaha penyediaan,
atau pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang
jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air, irigasi bawah
tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak.
2.4.2
Kegunaan irigasi
Adapun yang menjadi kegunaan dari
pada irigasi adalah sebagai berikut :
1. Menambah air ke dalam tanah untuk
menyediakan cairan untuk diperlukan tanaman.
2. Menyediakan jaminan panen pada saat
musim kemarau yang sangat panjang.
2.4.3
Pemeliharaan jaringan irigasi.
Kegiatan
pemeliharaan merupakan salah satu usaha yang bertujuan untuk mempertahankan
kondisi fisik jaringan irigasi supaya dapat berfungsi dengan baik sebagai
sarana pendukung kegiatan operasi dilapangan.
Pemeliharaan juga
merupakan suatu kegiatan dalam pengelolaan irigasi yang bersifat terus menerus,
yang dilaksanakan secara
rutin, teratur dan terus menerus dalam
suatu rentang waktu tertentu (harian, mingguan, bulanan, musiman tahunan).
2.4.4 Indikator profil teknis
Berdasarkan panduan (PSETK) Pengembangan dan Pengelolaan
Sistem Irigasi Partisipatif (PPSIP) Terbitan Depertemen Dalam Negeri Direktorat
Jendral Bina Pembangunan Daerah adalah sebagai berikut :
a.
Data umum jaringan irigasi
Yang di maksud dengan data umum irigasi disini adalah
data-data umum yang terdapat pada daerah irigasi. Data tersebut antara lain,
data bendungan, data jumlah saluran, panjang saluran irigasi, jumlah pintu
pembagi air dan luas daerah irigasi.
b.
Sumber air
Sumber air yang dapat pergunakan untuk keperluan pengairan
atau irigasi antara lain ( Sunarfyo dkk, 2004).
Ø Air sungai
Air sungai merupakan tempat berkumpulnya air yang berasal
dari curah hujan, mata air, air buangan rumah tangga. Air sungai merupakan
sumber air yang sangat penting dalam kehidupan makhluk hidup terlebih khusus manusia.
Ø Air tanah
Air tanah merupakan air yang tertampung di dalam tanah
yang berasal dari air hujan yang masuk kedalam tanah dan tertampung. Air tanah
biasanya di ambil untuk sumber air bersih maupun untuk irigasi melalui sumur
terbuka
dan sumur bor.
Ø Air hujan
Air hujan merupakan air yang terjadi dari peristiwa
jatuhnya air dari udara ke permukaan daratan, untuk keperluan irigasi maka
perlu di buatlah waduk air.
Ø Air rawa
Rawa merupakan tanah yang selalu digenangi air karena buruknya drainase atau letaknya yang lebih rendah.
Ø Air danau
Danau merupakan air yang seluruhnya
dikelilingi daratan dan terbentuk secara alami karena adanya cekungan
permukaan tanah yang luas.
c.
Kondisi fisik jaringan
Kondisi fisik jaringan irigasi merupakan keadaan jaringan
irigasi seperti kondisi bendungan, kondisi saluran irigasi, kondisi pintu pembagi air irigasi, serta
kondisi aset irigasi.
d.
Operasi dan Pemiliharaan (P&O) jaringan irigasi
Pengelolaan irigasi merupakan sebuah sistim yang meliputi dua kegiatan pokok yakni kegiatan Operasi
dan Pemiliharaan (P&O) jaringan irigasi ( Pasandaran, 1991).
Ø Operasi jaringan irigasi
Kegiatan operasi dapat didefinisikan sebagai cara pengaturan (perencanaan dan
pelaksanaan) pembagian air sepanjang tahun dalam jumlah yang cukup dan waktu
yang tepat sesuai dengan kebutuhan tanaman yang ditanam setiap lokasi daerah
irigasi.
Berdasarkan atas jumlah air yang tersedia curah hujan
serta macam jenis dan luas komoditi dan jenis data dan macam jaringan irigasi
antara lain:
-
Operasi bangunan utama jaringan irigasi seperti bendungan, kantong lumpur.
-
Operasi jaringan dalam bentuk, sistim golongan, sistim rotasi dan sistim giliran.
-
Operasi jaringan irigasi ditingkat petani dalam bentuk sistim penggenangan
dan sistim pengaliran.
Ø Pemeliharaan jaringan irigasi
Kegiatan pemeliharaan merupakan kegiatan yang bertujuan
untuk mempertahankan kondisi fisik jaringan irigasi agar dapat berfungsi dengan
baik sebagai sarana pendukung irigasi.
Dalam pemeliharaan jaringan irigasi terdapat beberapa
kategori antar lain sebagai berikut :
-
Pemeliharaan rutin.
Pemeliharaan rutin merupakan kegiatan pemeliharaan
jaringan yang dilaksanakan setiap hari secara teratur oleh para petugas Operasi
dan Pemeliharaan (O&P). Kegiatan ini meliputi pekerjaan teknis
(pemeliharaan saluran dan bangunan dari bangunan tersier ke jaringan utama)
administrasi dan menejemen pekerjaan teknis.
-
Pemeliharaan berkala
Pemeliharaan berkala kegiatannya sama dengan pemeliharaan
rutin, hanya bedanya dalam pelaksanaan tidak setiap hari tapi waktu beberapa minggu, bulan,
atau tahun sekali.
-
Pemeliharaan jaringan irigasi secara mendadak
Kegiatan ini dapat dilaksanakan apabila terjadi
ketimpangan atau kerusakan bangunan jaringan irigasi yang disebabkan oleh
bencana alam seperti, banjir, longsor, gempa bumi dll.
e.
Pelaksanaan rehabilitasi jaringan irigasi
Berdasarkan Peraturan
Pemerintah No 20 Tahun 2006 tentang
irigasi menjelaskan bahwa rehabilitasi jaringan irigasi adalah kegiatan perbaikan
jaringan irigasi guna mengembalikan fungsi dan pelayanan seperti semula.
2.5
Profil Kelembagaan
2.5.1 Pengertian
Yang dimaksudkan dengan
profil kelembagaan merupakan bagian yang mempunyai peran yang cukup besar dalam
proses pembangunan pertanian, terdapat
dan berfungsinya lembaga-lembaga seperti kelompok tani, koperasi, dan P3A. Lembaga
seperti ini akan memperlancar pembangunan tersebut, yang dimaksud dengan
lembaga disini adalah organisasi
atau kaidah-kaidah baik formal maupun informal yang
mengatur tindakan dan perilaku anggota masyarakat baik dalam kegiatan rutin maupun dalam usaha mencapai tujuan. Salah satu organisasi
masyarakat yang sangat berperan dalam pembangunan pertanian daerah irigasi
adalah lembaga Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A).
2.5.2 Lembaga atau Organisasi Perkumpulan
Petani Pemakai Air (P3A)
Perkumpulan
Petani Pemakai Air (P3A) adalah merupakan suatu lembaga pengelolaan irigasi
yang menjadi wadah petani pemakai air dalam suatu daerah pelayanan irigasi yang
dibentuk oleh petani pemakai air itu sendiri secara demokrasi, termasuk lembaga lokal pengelolaan irigasi
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) ada yang bersifat
formal ada juga yang bersifat non formal, selain itu lembaga ini bersifat
dinamis terus berkembang sesuai bentuk dan fungsinya sepanjang zaman sesuai
dengan tantangan (ekologi,
ogrominis, administratif dll). Sedangkan lembaga formal
adalah yang memiliki ciri-ciri yang biasa kita temukan dalam birokrasi yang mempunyai
AD/ART yang tertulis sebagai pedoman, iuran teratur sesuai anggota-anggatanya. Lembaga non formal adalah merupakan lembaga yang
tidak memeliki ciri-ciri seperti yang ada pada lembaga formal namun tetap
merupakan pengelolaan air irigasi.
Perkumpulan
Petani Pemakai Air (P3A) merupakan organisasi sosial dari para petani yang tidak bernaung pada
partai politik. Merupakan organisasi yang bergerak di bidang pertanian
khususnya dalam kegiatan pengelolaan air pengairan sehubungan dengan
kepentingan untuk melangsungkan usaha tani (Daniel,
2004).
2.5.3
Tujuan Perkumpulan Petani Pemakai air (P3A)
Adapun tujuan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)
sebagai berikut ( Kartasapoetra Mulyani, 1994).
1.
Agar pengelolaan air pengairan bagi kepentingan bersama dapat di laksanakan
secara maksimal, tertib dan teratur melalui perkumpulan. Karena melalui perkumpulan dapat mengeluarkan
ketentuan-ketentuan yang sifatnya mengikat dan memuaskan para anggota.
2.
Agar adanya dengan perkumpulan, para petani dapat bergairah melaksanakan
usaha taninya karena selain kebutuhan air pengairan tercukupi juga dalam pelaksanaan usaha
taninya akan menyesuaikan perkembangan teknologi pertanian dan pengairan.
3.
Dengan adanya ketentuan tersebut (yang pada dasarnya oleh para anggotanya)
perkumpulan dengan didukung kewajiban-kewajiban para anggotanya akan dapat
melaksanakan dan meningkatkan pemiliharaan jaringan pengairan dalam wilayah
kerja yang menjadi tanggungjawab secara maksimal dan penuh tanggung jawab yang
tinggi
2.5.4 Tugas
Pokok Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)
Adapun
tugas pokok dari pada lembaga Perkumpulan Petani Pemakai Air adalah sebagai
berikut,
1. Melakukan pemeliharaan dan perbaikan
jaringan pengairan
2. Membuat peraturan dan ketentuan
pembagian serta penggunaan jaringan pengairan.
3. Mengumpulkan dan mengurus iuran pembiayaan bagi kegiatan
pemeliharaan dan pembangunan pengairan dari para anggota P3A.
2.5.5 Wilayah Kerja Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)
Penentuan batas wilayah kerja Perkumpulan Petani Pemakai
Air ( P3A ) merupakan hal yang sangat penting sehubungan dengan tanggung jawabnya dalam pengelolaan air pengairan dan pemeliharaan jaringan
pengairan yang termasuk wilayah kerja perkumpulan petani pemakai air adalah
sebagai berikut,
1. Pada sistim pengairan teknis (negara), wilayah kerja Perkumpulan
Petani Pemakai Air (P3A) meliputi satu petak tersier.
2. Pada sistim pengairan pedesaan, wilayah kerja Perkumpulan
Petani Pemakai Air (P3A) meliputi satu areal atau daerah pengairan pedesaan
yang luasnya berbeda-beda.
BAB III
METODOLOGI
3.1
Tempat Dan Waktu Pelaksanaan
Penelitian
ini dilaksanakan pada Daerah Irigasi Mata Iyang Kelurahan Lewa Paku Kecamatan
Lewa Kabupaten Sumba Timur pada tanggal 1 Maret sampai 31 Maret Tahun 2013.
3.2
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survey
yaitu suatu pencarian fakta suatu obyek pada masa lampau sampai sekarang dengan
membuat penggambaran secara sistimatis, faktual dan akurat mengenai fakta
terutama fakta yang ada terutama fakta yang berkenaan dengan kondisi Sosial, Ekonomi, Teknis dan Kelembagaan
pada Daerah Irigasi Mata Iyang.
3.3
Jenis Dan Sumber Data
Data
yang diperlukan dalam penelitian ini adalah yang berkaitan dengan aspek Sosial,
Ekonomi, Teknis dan Kelembagaan untuk peningkatan pengelolaan irigasi yang berasal dari petani dan para
pengurus P3A di
Daerah Irigasi Mata Iyang
Kelurahan Lewa Paku Kecamatan Lewa Kabupaten Sumba Timur.
Untuk mendapatkan data primer dibutuhkan sampel sebanyak 21 (orang) dari populasi yang ada yang berasal dari petani
hulu, tengah dan hilir masing-masing sebanyak 7 orang petani yang berasal dari para pengurus P3A dan
GP3A Daerah Irigasi Mata Iyang. Data
yang diperlukan antara lain sebagai
berikut :
1. Aspek Sosial
a. Gotong royang atau tingkat swadaya masyarakat
b. Hubungan kemasyarakatan
c. Tingkat pendidikan petani
d. Status petani
2. Aspek Ekonomi
a. Luas dan jenis usaha tani
b. Tingkat pendapatan usaha tani
c. Tingkat pendapatan rumah tangga petani
3. Aspek Teknis
a. Data umum daerah irigasi
b. Sejarah penbangunan daerah irigasi
c. Sumber air untuk irigasi
d. Kondisi fisik jaringan irigasi
e. Pelaksanaan operasi jaringan irigasi
f. Pelaksanaan pemiliharaan jaringan irigasi
g. Pelaksanaan rehabilitasi jaringan irigasi
4. Aspek Kelembagaan
a. Pembentukan organisasi P3A/GP3A/IP3A
b.
Struktur organisasi, AD/ART
dan kelengkapan
kesekretariatan
c. Wilayah kerja dan program kerja
Jenis
data yang di perlukan dalam penyusunan Profil Sosial,
Ekonomi, Teknik dan Kelembagaan mencakup
sebagai berikut :
1. Data primer, yang di peroleh dengan melakukan penelusuran
dan wawan cara langsung dengan indikator seperti berikut ini :
a. Aspek Sosial meliputi tingkat pendidikan
petani dan status petani.
b. Aspek Ekonomi meliputi luas dan jenis
usaha tani, tingkat pendapatan petani.
c. Aspek Teknik meliputi data umum Daerah
irigasi Mata Iyang, kondisi fisik jaringan irigasi dan pemeliharaan jaringan
irigasi.
d. Aspek kelembagaan meliputi Pembentukan
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A).
2.
Data sekunder
yang di peroleh dari instansi-intansi terkait, data yang terkumpul kemudian
diidentifikasi dan dikelompokkan sesuai aspek-aspeknya
seperti skema jaringan, peta wilayah Daerah Irigasi Mata Iyang dan aset
organisasi.
3.4
Teknik Pengumpulan Data
Untuk
memperoleh data penelitian yang akurat, maka teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah sebagai berikut :
1.
Observase
Observase merupakan teknis pengumpulan
data secara langsung dengan cara melakukan pengamatan irigasi. Metode ini dapat
dilakukan dengan cara mekanis atau menggunakan alat bantu seperti alat perekam
suara dan pencatat.
2.
Survey
Survey merupakan teknis pengumpulan data
dengan meminta keterangan kepada pihak yang memberi jawaban (responden) metode ini dapat
memperoleh data yang tidak bisa diamati pada masa lampau yang belum dicatat. Metode ini juga disebut
teknis komunikasi secara
langsung (interview).
3.
Dokumentasi
Dokumentasi merupakan
suatu pengumpulan data dengan mempelajari dokumen atau arsip baik dari lembaga Pemerintah
atau Swasta.
3.5
Analisis Data
Untuk
mengalisis hasil penelitian, data yang telah diperoleh diklasifikasikan atau dikelompokkan berdasarkan aspek-aspeknya yang sudah diteliti.
Kemudian dianalisis dengan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif
sehingga dapat memberikan gambaran tentang kondisi Sosial, Ekonomi, Teknis dan Kelembagaan
yang ada pada Daerah Irigasi Mata Iyang.
3.6
Defenisi Operasional
1.
Daerah Irigasi adalah wilayah atau lokasi pertanian yang dilayani oleh air
irigasi.
2.
Aspek Sosial adalah segala yang berhubungan dengan perilaku masyarakat
dalam kehidupan sehari-hari.
3.
Aspek Ekonomi adalah segala hal yang berhubungan dengan
penghasilan, pembagian dan pemakai barang-barang dan kekayaan.
4.
Aspek Teknis adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keteknikan dalam
hal ini teknik keirigasian.
5.
Aspek Kelembagaan merupakan segala yang berkaitan dengan keberadaan suatu
lembaga.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Gambaran Umum
Daerah Irigasi.
4.2.1
Letak Administratif
Daerah
Irigasi Mata Iyang merupakah salah satu Daerah Irigasi yang memanfaatkan
potensi sumber daya air bawah tanah. Secara administratif Daerah Irigasi Mata
Iyang berada di Wilayah Kelurahan Lewa Paku, Kecamatan Lewa, Kabupaten Sumba
Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Berdasarkan data dari Dinas Pengairan
Kabupaten Sumba Timur luas potensial Daerah Irigasi Mata Iyang sebesar 225 Ha.
Sedangkan luas yang sudah dikelola atau luas fungsionalnya sebesar 125 Ha.
Daerah
Irigasi Mata Iyang yang terletak 53 km dari Kota Waingapu yang mana Daerah
Irigasi Mata Iyang juga merupakan salah satu jaringan irigasi yang cukup
sederhana di Kelurahan Lewa Paku, Kecamatan Lewa, Kabupaten Sumba Timur. Sebelah
Timur Daerah Irigasi Mata Iyang berbatasan dengan Desa Kambuhapang, sebelah Utara
berbatasan dengan Desa Tanarara, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kangeli
dan sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kondamara. Dearah Irigasi Mata Iyang
memiliki satu Perkumpulan Perani Pemakai Air (P3A) yang bernama Palapada
Tabel 1. Data Luas Daerah Irigasi
Nama
DI
|
Lokasi
|
Luas
(Km2)
|
|
Desa
|
Kecamatan
|
||
Mata Iyang
|
Tanarara
|
Lewa
|
112,1
|
Laihau
|
Lewa Tidas
|
113,3
|
|
Jumlah
|
225
|
Sumber:
Data hasil penelitian
4.2
Profil Sosial
Masyarakat
4.2.2
Tingkat swadaya masyarakat atau gotong – royong
Tingkat swadaya masyarakat sangat tinggi
terutama yang berkaitan dengan gotong royang yang dilakukan oleh masyarakat
petani dalam kehidupan sehari-hari sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari
adanya tradisi atau kebiasaan yang sering dilakukan dalam melaksanakan berbagai
macam kegiatan oleh petani seperti,
kegiatan pembukaan lahan, pengolahan lahann, menanam dan memanen padi, membersihkan saluran
air dan jaringan irigasi, membersihkan saluran-saluran yang rusak bersama
petugas pengairan, pembagian air dan kegiantan pengumpulan iuran pelayanan air
irigasi (IPAIR).
Tabel
2. Tingkat Swadaya Masyarakat
No
|
Swadaya Masyarakat
|
Jumlah (Orang)
|
Prosentase (%)
|
1
|
Swadaya
|
14
|
67
|
2
|
Kurang adanya swadaya
|
7
|
33
|
|
Total
|
21
|
100
|
Sumber: Data hasil penelitian
Berdasarkan tabel 2 Menunjukan bahwa
tingkat swadaya masyarakat dalam kegiatan atau gotong royong baik kegiatan
pembukaan lahan, pengelolaan tanah, menanam dan memanen padi, membersihkan
saluran air dan jaringan irigasi, memperbaiki saluran-saluran serta kegiatan
lainnya sangat baik dengan jumlah presentase 67% orang menyatakan swadaya, dan
33% orang menyatakan kurang swadaya.
Dari kegiatan swadaya yang paling
sering dilakukan oleh masyarakat Daerah Irigasi Mata Iyang adalah kegiatan
tanam dan panen padi, yakni dilakukan setiap hari selama musim tanam dan musim
panen padi. Untuk kegiatan menanam dan memanen padi setiap tahun dilakukan dua
(2) kali, jumlah petani yang hadir setiap lahan petani berbeda-beda jumlahnya
tergantung dari luas lahan dan jumlah petani pada `setiap blok yakni berkisar
antara 15-20 orang petani. Sedangkan kegiatan lainnya sekali dalam setahun
berdasarkan kebutuhan petani serta kesepakatan bersama. Kebiasaan ini tetap
dipertahankan sampai saat ini karena dinilai menguntungkan petani dalam
menyelesaikan kegiatan usaha taninya. Biasanya yang terlibat dalam kegiatan
sepeti ini adalah petani yang memiliki kesamaan kepentingan seperti sama-sama
membutuhkan tenaga selain itu sebagai wujud tanggung jawab sosial dalam kegiatan
bermasyarakat.
4.2.3 Hubungan
Kemasyarakatan
Berdasarkan hasil penelitian
lapangan 100% responden menyatakan hubungan masyarakat baik antara petani hulu,
tengah dan petani hilir dalam kegiatan sehari-hari cukup baik. Hai ini dapat
dilihat adanya kerja sama antara para petani dalam melaksanakan
kegiatan-kegiatan kemasyarakatan sehingga tidak pernah terjadi konflik
kepentingan dalam penggunaan air irigasi serta alih fungsi lahan, kalau terjadi
kejadian konflik di antara petani di selesaikan dengan mencari solusinya secara
kekeluargaan sehingga tidak menimbulkan masalah yang besar.
4.2.4
Tingkat pendidikan petani (Responden)
Tabel.3.
Tingkat Pendidikan Petani.
No
|
Pendidikan
|
Jumlah
|
Prosentase
(%)
|
1
|
SD
|
12
|
57
|
2
|
SLTP
|
4
|
19
|
3
|
SLTA
|
3
|
14
|
4
|
Sarjana
|
2
|
10
|
|
Total
|
21
|
100
|
Sumber: Data ketua P3A Mata Iyang
Berdasarkan tabel di atas maka
dapat diketahui bahwa sebagian besar masyarakat petani pada Daerah Irigasi Mata
Iyang telah mendapatkan pendidikan formal baik dari tingkat Sekolah Dasar sampai
pada tingkat perguruan tinggi. Dominasi pendidikan formal yang di peroleh
masyarakat petani adalah pada Sekolah Dasar (SD) sebanyak 57%, kemudian disusul oleh Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP) sebanyak 19%, SLTA sebanyak 14%, dan Sarjana sebanyak 10%. Namun
ada juga masyarakat petani yang tidak mendapat Pendidikan formal hal ini
disebabkan kurang adanya kesadaran dan pemahaman masyarakat petani akan manfaat
dan pentingnya Pendidikan sehingga berdampak pada tingkat pendapatan petani
yang masih rendah.
4.2.5
Usia Produktif
Berdasarkan hasi penelitian
lapangan diketahui bahwa usia produktif rumah tangga petani pemakai air yang
paling banyak adalah usia 18-50 Tahun dan kemudian adalah yang berusia >50 Tahun.
Maka peneliti mengambil kesimpulan rata-rata usia produktif petani pemakai air
adalah usia 18-50 Tahun.
4.2.6
Status Petani
1. Status Petani Dalam Kegiatan Usaha Tani
a. Status Petani Terhadap Lahan
Berdasarkan
hasil penelitian lapangan peneliti memperoleh informasi bahwa 100% respoden
mengatakan Daerah Irigasi Mata Iyang yang dikelola petani setempat merupakan
petani milik yakni petani yang mengelola lahan milik sendiri.
b. Status Petani Dalam Masyarakat
4.3. Profil Ekonomi
4.3.1 Luas Dan jenis Usaha Tani
Masyarakat setempat khususnya para
petani mengusahakan jenis komoditi tanaman, berdasarkan luas lahan usaha, jenis
komoditi yang diusahakan adalah tanaman padi, ada juga jenis usaha yang
dikombinasikan yakni antara tanaman padi dengan ikan atau yang biasa disebut
minapadi. Secara umum masyarakat petani lebih memilih usaha tani jenis tanaman padi.
Dari tabel di atas diketahui bahwa
pendapatan rata-rata petani per musim tanam responden berbeda-beda disebabkan
karena kurangnya pemahaman masyarakat tentang konsep P3A pada Daerah Irigasi Mata
Iyang. Hasil dari tabel diatas luas lahan dan jenis usaha diperoleh pendapatan
gabah permusim tanam dikali harga gabah/Kg.
4.3.2
Tingkat Pendapatan Petani
Pendapatan
yang di peroleh para petani di Daerah Irigasi Mata Iyang sangat bervariasi antara
petani yang satu dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan karena luas lahan dan
jenis usaha yang berbeda-beda hal ini dapat dilihat pada tabel 7.
Dari tabel 7 diketahui (28%) responden
memperoleh penghasilan produksi dalam setahun sebesar 8.000.000-15.000.000, (52%)
responden sebesar 16.000.000-20.000.000, (10%) responden sebesar 21.000.000-25.000.000,
(10%) responden sebesar 26.000.000-30.000.000. Diketahui bahwa perbedaan
rata-rata pendapatan pada musim tanam disebabkan karena cara pengolahan lahan seperti cara bercocok
tanam oleh masyarakat petani yang tidak optimal.
4.3.3 Potensi sumber daya lokal
Sumber daya lokal merupakan faktor yang sangat berperan
dalam rangka memajukan pembangunan pertanian. Sumber daya lokal yang
berpengaruh tersebut antara lain,
1. Sumber daya alam
Potensi
sumber daya alam yang ada pada daerah irigasi Mata Iyang antara lain sebagai
berikut :
a. Lahan irigasi. Lahan irigasi
dimanfaatkan untuk mengusahakan tanaman pangan seperti padi, mina padi dan
sayur-sayuran. Namun ada juga yang belum dapat dimanfaatkan karena belum
terjangkau oleh jaringan irigasi sehingga masih menjadi lahan tadah hujan.
b. Kebun. Kebun dapat dimanfaatkan untuk
ditanami tanaman perkebunan seperti kopi, kelapa, kakau, dan lain-lain, dan
tanaman perkebunan lainnya namun belum ada petani yang memanfaatkan lahan
tersbut dengan baik.
c. Sumber air. Sumber air yang ada berasal
dari mata air Mata Iyang.
2. Tenaga kerja
Dalam
kegiatan usaha tani tenaga kerja merupakan faktor penujang pembangunan
pertanian. Tenaga yang ada pada Daerah Irigasi Mata Iyang sebagian besar berasal dari keluarga sendiri dan juga
berasal dari lingkungan tempat tinggal petani. Sebagian besar tenaga kerja yang
ada memiliki kemampuan yang cukup atau pengalaman dalam bertani karena
rata-rata berasal dari keluarga petani dan juga berpendidikan
3. Sosial budaya
Budaya
merupakan salah satu potensi lokal atau tradisi yang berpengaruh terhadap usaha
tani seperti budaya gotong royong atau kerja sama. Kuatnya budaya gotong royong
dapat melakukan berbagai kegiatan dalam masyarakat sehingga petani Daerah
Irigasi Mata Iyang tidak perlu memberikan upah kepada tenaga kerja berupa uang
melainkan membalasnya dengan tenaga juga.
4. Modal
Sumber
daya lokal yang penting lainnya adalah modal yang di miliki petani. modal
tersebut berasal dari hasil penjualan petani maupun dari sumber lain misalnya
gaji pegawai baik negeri maupun swasta. Modal tersebut dapat dimanfaatkan
sebagai biaya pengelolaan usaha tani, pengadaan sarana produksi pertanian dan
lain sebagainya.
4.4
Profil Teknis
4.4.1 Data Umum
a. Data Umum Daerah Irigasi Mata Iyang
Daerah
Irigasi Mata Iyang merupakan salah satu daerah yang memanfaatkan potensi sumber
daya air tanah. Berdasarkan buku inventaris Dinas Pengairan Kabupaten Sumba
Timur serta informasi dari Ketua P3A Daerah Irigasi Mata Iyang adalah luas
potensi Daerah Irigasi Mata Iyang adalah 225 Ha. Dari luas tersebut yang difungsikan
sebesar 115 Ha.
b. Lokasi Bangunan Utama
Lokasi
bangunan utama terletak di Wilayah Kelurahan Lewa Paku, Kecamatan Lewa,
Kabupaten Sumba Timur, jenis bangunan utama merupakan bangunan permanen dengan
konstruksinya yang terbuat dari campuran batu, pasir, semen dan baton sehingga
bangunan cukup kuat (permanen). Selain itu saluran pengambilannya yang menggunakan
pintu sehingga dapat mengatur masuknya air ke jaringan irigasi sesuai
kebutuhan.
c. Sumber air daerah irigasi Mata Iyang
Pada
Daerah Irigasi Mata Iyang potensi ketersediaan air sangat baik pada musim hujan
maupun pada musim kemarau dapat mencukupi kebutuhan masyarakat daerah irgasi Mata
Iyang untuk bercocok tanam dan sebagainya. Berdasarka hasil penelitian di
lapangan potensi ketersediaan air dari sumber utama dan jaringan irigasi
sepanjang tahun pada Daerah Irigasi Mata Iyang responden 100% menyatakan sehingga
tercukupi dalam pemakaian petani dalam usaha padi sawah selama 2 musim tanam
dalam setahun.
d. Pendistribusian air di Daerah Irigasi Mata
Iyang
Sesuai
hasil penelitian lapangan diketahui 100% responden menyatakan bahwa tidak ada
pembagian air yang dilaksanakan oleh pihak pembagi air. Secara umum faktor yang
mempengaruhi belum optimalnya pembagian air irigasi Mata Iyang adalah sebagai
berikit :
a. Secara kelembagaan P3A belum efektif
dalam mengatur air
b. Penyalahgunaan saluran
c. Kurangnya pemahaman petani dalam pemakai
air tentang pentingnya jaringan dan saluran irigasi
e. Intensitas Tanam
Intensitas
tanam dari hasil penelitian lapangan diketahui bahwa 100% responden menyatakan intensitas tanam rata
per tahun 2 kali tanam. Pada musim tanam pertama dilakukan pada bulan Desember
sampai Januari dan musim tanam ke dua dilakukan dari bulan Juli sampai dengan
bulan Agustus atau disesuaikan dengan kondisi lapangan.
4.4.2 Kondisi
Fisik Jaringan Irigasi
Kondisi
fisik jaringan irigasi dibedakan atas (2) jenis yakni sebagai berikut,
1.
Kondisi
bangunan
Kondisi fisik jaringan irigasi yang
dibangun pada Tahun 1985-1987 sebagian besar dari jumlah yang ada dan dapat
berfungsi. Namun ada juga bangunan yang mengalami kerusakan ringan seperti,
retak, bocor dan pecah. Walaupun demikian bangunan tersebut masih dapat
berfungsi.
2.
Kondisi
Saluran
Sebagian besar saluran irigasi khususnya
saluran primer dan sekunder dari hulu sampai hilir kondisinya masih baik dan
dapat berfungsi dengan baik. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 8.
Keterangan :
B
:
Baik
RR :
Rusak Ringan
RB :
Rusak Berat
Berdasarkan hasil penelitian pada Daerah
Irigasi Mata Iyang, rata-rata kondisi fisik bangunan dan jaringan irigasi pada umumnya berfungsi secara baik. dan
dibuat dengan menggunakan pasangan batu kali dan beton. Data-data ini diperoleh
dari hasil penelitian yang diolah dengan menggunakan instrumen formulir isian
peninjauan lapangan yang dibuat dari profil Sosial Ekonomi Teknis dan Kelembagaan.
4.4.3 Pemeliharaan Jaringan Irigasi Mata
Iyang
Pelaksanaan pemeliharaan jaringan
irigasi adalah merupakan salah satu bentuk atau upaya menjaga dan memelihara
serta mengamankan jaringan irigasi agar selalu berfungsi dengan baik guna
memperlancar operasi dan pemeliharaan melalui kegiatan perawatan, perbaikan,
pencegahan secara terus-menerus yang terlihat pada tabel 9.
Dari data di atas diketahui jumlah
responden menjawab kegiatan pemeliharan pada Daerah Irigasi Mata Iyang secara
berkala. Kegiatan pemeliharaan biasanya dilakukan secara bergotong – royong
oleh petugas Pengairan bersama anggota P3A.
4.4.4 Teknis
Pengairan
a. Cara Pemberian Air
Cara pembagian air dilakukan berdasarkan
hasil kesepakatan bersama antara petugas atau juru pengairan dengan para petani
pemakai air atas pertimbangan ketersediaan debit air dari sumbernya. Pada musim
hujan cara pemberian air dilakukan secara terus menerus ke setiap daerah tanam.
Sedangkan pada musim kemarau kerena
debit air menurun maka pembagian air ke setiap daerah dilakukan secara
bergiliran berdasarkan blok. Luas lahan pada setiap blok sangat berbeda-beda
sehingga lama pemberian air pada setiap blok juga berbeda-beda. Blok yang
memiliki luas daerah tanam kecil maka lama pemberian air adalah 12 jam seperti
blok 2 dengan luas daerah tanam sebesar 6 Ha. Sedangkan yang memiliki luas yang
besar lama pemberian air adalah 24 jam seperti pada derah irigasi bagian tengah
lihir.
b. Pelaksanaan Pembagian Air
Pelaksaan
kegiatan pembagian air pada saluran utama merupakan tugas dan tanggung jawab
petugas Operasi dan Pemeliharaan (O&P) dari Dinas Pengairan Kabupaten.
Sedangkan pada saluran tersier merupakan tugas dan tanggung jawab pelaksana
teknis dari P3A. Namun dalam pelaksanaannya sehari-hari sering dilakukan secara
bersama-sama antara petugas pengairan dengan P3A.
4.4.5 Rehabilitasi
Jaringan Irigasi
Rehabilitasi jaringan irigasi akan
dilakukan apabila ada terjadi kerusakan. Berdasarkan penelusuran jaringan
irigasi Mata Iyang kegiatan rehabilitasi dibagi menjadi dua kategori yakni:
a. Kerusakan Ringan
Bila terjadi kerusakan ringan pada
jaringan irigasi maka pelaksanaan rehablitasi irigasi merupakan tanggung jawab
bersama antara petugas operasi dan pemeliharaan (O&P) dari Dinas dan P3A.
biaya rehabilitasi untuk jaringan utama (primer dan sekunder) berasal dari
Dinas terkai (pemerintah) sedangkan kotribusi petani (P3A) berupa tenaga.
Sedangkan biaya rehabilitasi pada jaringan tersier merupakan tanggung jawab Perkumpulan
Petani Pemakai Air (P3A).
b. Kerusakan Berat
Bila terjadi kerusakan berat pada
jaringan irigasi maka rehabilitasi diserahkan kepada Pemerintah Daerah (PEMDA)
4.4.6
Pertanian
1. Jenis Tanaman
Jenis
tanaman yang ditanam petani baik pada musim hujan maupun musim kemarau adalah
tanaman padi namun ada juga beberapa petani yang menanam jenis tanaman
sayur-sayuran tetapi dalam jumlah yang sangat terbatas karena hanya untuk
kepentingan konsumsi dalam rumah tangga sendiri. Jenis tanaman padi yang banyak
diminati petani antara lain padi jenis Roslin, Membramo, Ir dan lain-lain.
Namun yang paling banyak di usahakan adalah padi jenis Membramo dan Ir karena
dinilai sangat sesuai dengan kondisi iklim setempat.
2. Budidaya Tanaman
a. Pengolahan Tanah
Untuk memperlancar kegiatan pengolahan
tanah para petani memliki dua pilihan
yakni ada yang menggunakan tenaga traktor dan tenaga hewan. Para petani yang
menggunakan traktor adalah dalam kegiatan pengolahan tanah adalah para petani
yang memiliki luas lahan lebih besar (kurang lebih 1,5 Ha) dan di dukung oleh
modal yang cukup. Sedangkan bagi petani yang cukup luas lahannya kecil (kurang
lebih 0,5 Ha) lebih banyak menggunakan tenaga hewan.
b. Pengolaha Bibit
Bibit
yang digunakan para petani dalam hal ini bibit padi merupakan bibit unggul yang
sangat menguntungkan bagi para petani baik dari segi umur tanaman, sifat
tanaman maupun harga jual yang relatif tinggi sehingga banyak menguntungkan
petani.
c. Proses penanaman, penyiangan, pemupukan
dan pemberantasan hama
Proses penanaman dan penyiangan
dilakukan secara manual, menggunakan tenaga manusia dan biasanya dilakukan
secara bergotong-royong. Kebiasaan ini turun temurun bagi petani setempat.
Sedangkan proses pemupukan dan pemberantasan hama menggunakan teknologi
sederhana berupa alat penyemprotan manual, berkat adanya pelatihan pemberantasan
hama dan penyakit tanaman serta pemupukan oleh Dinas Pertanian Kabupaten.
d. Pasca Panen
Pengelolahan
paskah panen padi oleh masyarakat petani menggunakan dua (2) cara yakni secara
manual dengan alat-alat sederhana dan menggunakan alat mekanis. Namun penggunaannya
sangat tergantung dari beberapa hal antara lain keadaan iklim. Bila musim hujan
rata-rata petani menggunakan alat mekanis (tenaga mesin) seperti alat perontok
padi, selain itu ketersediaan dana (biaya) serta tenaga kerja. Sedangkan
pengolahan lanjutannya seperti penggilingan padi menggunakan tenaga mesin atau
penggiling padi.
e. Pemasaran Hasil
Pemasaran
hasil proses pemasaran hasil pertanian bagi petani umumnya tidak mengalami
kesulitan hal ini disebabkan karena jarak antara daerah pertanian dengan pasar
yang tidak terlalu jauh. Selain itu transportasi cukup lancar karena didukung
oleh jalan raya yang cukup permanen sehingga hal ini dapat memperoleh proses
pengangkutan hasil panen baik bagi petani maupun para pembeli.
4.5
Profil Kelembagaan
4.5.1 Pembentukan Perkumpulan
Petani Pemakai Air ( P3A)
Kelembagaan Perkumpulan Petani
Pemakai Air (P3A) yang ada di Daerah Irigasi Mata Iyang berdasarkan hasil
tinjauan lapangan diketahui sebuah lembaga atau kelompok Perkumpulan Petani
Pemakai Air yang bernama Palapada di bentuk pada tanggal 28 Juli 1998 dengan
jumlah anggota 35 orang. Namun jangka waktunya tidak ditentukan lamanya yang
terletak di Kelurahan Lewa Paku,Kecamatan Lewa Kabupaten Sumba Timur.
4.5.2 Proses pembentukan P3A
Proses pembentuka P3A didasarka pada hasil
musyawarah pada petani demikian juga dengan proses pemilihan badan pengurus
secara demokratis atau dengan musyawarah bersama anggoa perkumpulan Petani
Pemakai Air. Cara ini merupakan cara yang biasa dilakukan masyarakat petani setempat
dalam mengambil keputusan, P3A PALAPADA disarkan dengan asas, sifat, maksud dan
tujuan yang jelas. Status legalitas badan hukum P3A dengan adanya AD/ART
disusun pengurus P3A bersama Dinas terkait. Adapun susun Badan Pengurus yakni:
a. Ketua
b. Wakil ketua
c. Sekretaris
d. Bendahara, dan
e. Anggota P3A
Berdasarkan tabel 10 bahwa terdapat 80%
rasponden menyatakan realisasi AD/ART P3A Palapada hanya 25%-50% dikarenakan
kurangnya kerja sama antar angota P3A.
Yang sudah terealisasi seperti yaitu rapat pengurus dan, pembagian air, dan
yang belum terealisasi seperti, pembayaran iuran wajib, iuran pokok, dan iuran
khusus oleh petani pemakai air. Hal ini disebabkan karena kesadaran anggota
kelompok masih sangat jauh apa yang diharapkan sehingga tidak berjalan sesuai
AD/ART yang telah disepakati bersama untuk kebutuhan.
4.5.3 Aset Organisasi
Berkaitan dengan aset organisasi P3A
sampai dengan saat ini belum ada kejelasan. Lebih jelasnya aset- aset
organisasi dapat dilihat pada tabel 11.
4.5.4 Pemberdayaan
Petani
Sebagai upaya untuk memperkuat
posisi seorang atau kelompok orang dalam hal ini kelompok tani maka perlu
dilakukan kegiatan pemberdayaan untuk memiliki kemampuan mengidentifikasi
persoalan dan mencari solusi untuk mengatasinya. Masyarakat petani di daerah irigasi
Mata Iyang telah dibekali berbagai pelatihan baik yang difasilitasi pemerintah
maupun Lembaga Swada Masyarakat (LSM) dari hasil penelusuran lapangan ada
beberapa kegiatan yang telah dilakukan dan yang bermanfaat dan ada juga yang
kurang bermanfaat.
Hal ini dikarenakan tidak adanya
tenaga pemdamping lanjutan dilapangan seperti, Tenaga Pendamping Masyarakat
(TPM), Penyuluhan Pertanian Lapangan (PPL) yang dapat mengatasi dalam berbagai
persoalanyang dihadapi petani. Bentuk-bentuk kegiatan yang pernah dilakukan
selama ini dapat dilihat pada tabel tabel 12.
BAB V
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Profil Sosial Ekonomi Teknis Dan Kelembagaan sebagai
salah satu cara untuk memberikan gambaran informasi atau data mengenai keadaan
Sosial, Ekonomi, Teknis dan Kelembagaan pada suatu Daerah Irigasi. Data-data
tersebut sangat peting bagi kelembagaan pengelolaan irigasi (KPI) untuk proses
perencanaan program pemberdayaan organisasi P3A/GP3A /IP3A dalam meningkatkan
kinerja pengelolaan irigasi partisipatif.
Untuk meningkatkan kinerja pengelolaan irigasi pada
Daerah irigasi Mata Iyang maka perlu dilakukan beberapa langkah untuk mengatasi
masalah-masalah yang ada seperti :
1. Perlu adanya pengendalian ketersediaan
air. Hal ini disebabkan karena terjadinya kekurangan air pada musim kemarau
terutama pada Daerah Irigasi bagian hilir sedangkan pada musim hujan air
berlebihan.
2. Perlunya rehabilitasi jaringan irigasi
yang sedang mengalami kerusakan baik kerusakan ringan maupun kerusakan berat.
Yang menjadi salah satu faktor penyebab kekurangan air.
3. Perlunya reorganisasi kelembagaan petani
(P3A) agar P3A/GP3A dapat bekerja dengan baik sesuai dengan tugas` dan
tanggungjawabnya.
4. Perlunya pemberdayaan bagi masyarakat
petani seperti pengembangan jaringan, pelatihan-pelatihan, legalisasi, program
kerja agar dapat meningkatkan kenerja pengelolaan irigasi.
5.2
Saran
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dan uraian
maka dengan ini dapat disusun saran sebagai rekomendasi pemikiran sebagai
berikut :
1. Penyusunan Profil Sosial Ekonomi Terkait
dan Kelembagaan (PSETK) perlu disusun oleh petani yang dibantu oleh pihak-pihak
terkait agar petani sendiri memiliki gambaran tertulis tentang kondisi Daerah
Irigasi mereka.
2. Diperlukan metode untuk mempertahankan dan
meningkatkan potensi sosial yang ada sekarang. Usaha peningkatan tingkat
pendidikan, peningkatan kualitas gotong royong, hubungan kemasyarakatan perlu
mendapatkan perhatian pengelola sistem irigasi.
3. Fasilitas peningkatan kemampuan ekonomi
berbasis kebutuhan petani diperlukan untuk mempertahankan dan menumbuhkan
ekonomi petani. Bantuan sarana produksi pertanian terutama pupuk dan peralatan
pertanian serta bantuan pemasaran perlu ditingkatkan sebagai langkah awal
fasilititas bantuan ekonomi.
4. Perlindungan sumber air dengan
pendekatan kerjasama hulu-hilir perlu segera difasilitasi agar ketersediaan air
tetap terjaga.
5. Penggunaan kelembagaan di daerah irigasi
perlu juga mendapat perhatian serius, keaktifan kelembagaan petani saat ini
cukup memberikan harapan. Penguatan kapasitas kelembagaan perlu dilakukan dalam
bingkai partisipatif petani dapat dimaksimalkan.
Berdasarkan hasil penelitian lapangan tentang Profil Sosial, Ekonomi,
Teknis dan Kelembagaan di Daerah Irigasi Mata Iyang Kelurahan Lewa Paku Kecamatan
Lewa Kabupaten Sumba Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur dapat disimpulkan
sebagai berikut :
2. Profil Sosial dengan indikator-indikator
gotong royong atau tingkat swadaya masyarakat, hubungan kemasyarakatan, tingkat
pendidikan petani dan ststus petani menunjukan bahwa profil sosial Daerah Irigasi Mata Iyang berada pada status cukup baik.
3. Profil Ekonomi dengan
indikator-indikator luas dan jenis usaha tani, tingkat pendapatan usaha tani,
tingkat pendapatan rumah tangga petani, potensi sumber daya lokal dan struktur
mata pencaharian petani menunjukan bahwa kemampuan ekonomi petani di Daerah
Irigasi Mata Iyang adalah sedang.
4. Profil Teknis dengan indikator-indikator
data umum daerah irigasi, sejarah pembangunan daerah irigasi, sumber air untuk
daerah irigasi, ketersediaan air, kondisi fisik jaringan, pelaksanaan
rehabilitasi dan pelaksanaan operasi jaringan irigasi menunjukan profil
ketersediaan air saat ini cukup dan profil kondisi fisik jaringan cukup baik
dan berfungsi.
5. Profil Kelembagaan dengan indikator-indikator
pembentukan organisasi P3A, struktur organisasi, AD/ART dan kelengkapan
kesekretariatan, wilayah kerja, program kerja dan pemberdayaan organisasi P3A menunjukan
bahwa profil kelembagaan saat ini belum maksimal.
5.3
Saran
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan
dan uraian maka dengan ini dapat disusun saran sebagai rekomendasi pemikiran
sebagai berikut :
1. Penyusunan Profil Sosial
Ekonomi Terkait dan Kelembagaan (PSETK) perlu disusun oleh petani yang dibantu
oleh pihak-pihak terkait agar petani sendiri memiliki gambaran tertulis tentang
kondisi Daerah Irigasi mereka.
2. Diperlukan metode untuk
mempertahankan dan meningkatkan potensi sosial yang ada sekarang. Usaha
peningkatan tingkat pendidikan, peningkatan kualitas gotong royong, hubungan kemasyarakatan
perlu mendapatkan perhatian pengelola sistem irigasi.
3. Fasilitas peningkatan
kemampuan ekonomi berbasis kebutuhan petani diperlukan untuk mempertahankan dan
menumbuhkan ekonomi petani. Bantuan sarana produksi pertanian terutama pupuk
dan peralatan pertanian serta bantuan pemasaran perlu ditingkatkan sebagai
langkah awal fasilititas bantuan ekonomi.
4. Perlindungan sumber air dengan
pendekatan kerjasama hulu-hilir perlu segera difasilitasi agar ketersediaan air
tetap terjaga.
5. Penggunaan kelembagaan di
daerah irigasi perlu juga mendapat perhatian serius, keaktifan kelembagaan
petani saat ini cukup memberikan harapan. Penguatan kapasitas kelembagaan perlu
dilakukan dalam bingkai partisipatif petani dapat dimaksimalkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
(1992). TK.I Nusa Tenggara
Timur. Kebijakan
Pembangunan Daerah Nusa Tenggara
Timur.
Anonim, (2009). Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur No 12 Tentang IRIGASI
Daniel
Moehar, (2004).
Pengantar
Ekonomi Pertanian. PT Bumi Aksara.
Jakarta
Hartono,
(2006). Profil Sosial, Ekonomi, Tekinis
Dan Kelembagaan (PSETK)
Pengembagagan Pengelolaan Sistim Irigasi Partisipatif (PPSIP). Yogyakarta
Kamisa,
(1997). Kamus Lengkap
Bahasa Indonesia. Kartika. Surabaya
Kartasapoetra
A.G dan Sutejo Mulyani, (1994). Teknologi Pengairan Pertanian Irigasi
Konditie J. Robert, (2002).
Pengelolaan Sumber Daya Air Dalam
Otonomi Daerah. Andi. Yogyakarta.
Mubyanto,
(1995). Pengantae Ekonomi Pertanian. PT
Pustaka LP3ES, Indonesia
Pasandaran
Effendi & Taylor Donald, (1988). Irigasi: Kelembagaan dan Ekonomi.
Pasandaran
Effendi, (1991).
Irigasi
di Indonesia: Strategi dan Pengenbangan
LP3S. Jakarta
Suharjo
dan Patong, (1986).
Sendi-Sendi
Pokok Usaha tani di Indonesia.
Cetakan III.Universitas Indonesia.
Jakarta
Sunarfyo,
Wardana, Astuti dan Affrendi (2004). Pengelolaan Sumber Daya Air. Bayu
Media Publishing, Malang.
Tjakrawiralaksana,
(1993). Usaha Tani.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta